Jadi, makin banyak aja
orang yang skeptis terhadap OSIS.
Gak
terhitung deh berapa kali gue denger kata-kata yang jelek tentang OSIS. OSIS
tuh bikin cape! OSIS tuh penindas! OSIS gak rame! OSIS tuh bla bla bla!
Gue
berani bilang kalo orang-orang yang berkata hal-hal jelek tentang OSIS gak
pernah sekalipun mendudukkan diri di tengah forum yang membahas berbagai
rencana yang bermanfaat bagi dirinya sendiri.
Dan
gue dengan amat sangat berani berkata bahwa OSIS gak seperti apa yang
orang-orang katakan.
Loyalis?
Bukan. Gue bukan loyalis OSIS. Duh, jauuuuh dari kata loyalis gue. Tapi, gue
adalah orang paling pertama yang akan berterimakasih kepada OSIS, khususnya
OSIS SMAN 2 Sumedang.
Disini,
gue ditempa sedemikian rupa agar menjadi pribadi yang tahan banting. Yang lebih
mandiri. Yang lebih dewasa. Yang lebih baik.
Dua
tahun ke belakang, gue hanyalah sesosok ulat tak kasat mata di ujung ruangan
bernama kelas. Berbicara saat ditanya, dan bertanya saat terpaksa. “Bungkam
sebisa mungkin” secara tidak disengaja telah menjadi motto hidup gue saat
peresmian gue sebagai murid SMAN 2 Sumedang. Kehidupan monoton gue sudah bisa
dibayangkan. Hal ini diperparah dengan predikat gue sebagai murid termuda
karena suatu program yang gue jalankan di SMP. Kebayang gak tuh, saat lo
menjadi murid termuda, dikelilingi oleh teman-teman seangkatan yang mestinya lo
panggil ‘kakak’, terus gak ada satupun dari mereka yang memahami hobi lo, atau
segala sesuatu tentang lo? Kebayang gak tuh dikelilingi orang-orang yang
membicarakan hal-hal yang sama sekali gak pernah lo ingin dengarkan? Pada hari
pertama gue duduk di bangku yang disediakan untuk gue, gue sudah bisa
membayangkan akan menjadi sesuram apa hidup gue.....
Gue
menemukan sebuah passion baru setelah dibukanya pencarian anggota OSIS,
Organisasi Siswa Intra Sekolah. Gue harap, dengan ikutnya gue ke dalam OSIS
ini, gue akan menemukan status baru. Gue harap gue akan merubah predikat gue
sebagai
“murid-termuda-yang-ansos-dan-calon-alat-contekan-dengan-hidup-super-suram-se-SMA”
menjadi “murid-SMA-resmi-dengan-hidup-senormal-teman-teman-seangkatan-gue”.
Dengan bahagianya, gue mendaftarkan diri sebagai anggota OSIS SMAN 2 Sumedang.
Tapi.......
Mendapat
jabatan di OSIS itu gak semudah yang dipikirkan. Jalan menuju jabatan itu
sendiri mesti melewati beberapa jalan yang menyita waktu dan tenaga. Jalan
apakah itu? Yap. Interview. Dimulai dari interview MPK sampai interview OSIS
mesti gue lewati. Gue menjalani interview beberapa kali, dan itu cukup lama
pake sekali.
Tapi,
kalo direnungi, interview semacam itulah yang nantinya akan benar-benar gue
hadapi di masyarakat nanti. Bahkan mungkin lebih berat. Jadi, sudah seharusnya
gue bersyukur telah mendapatkan pengalaman pra-kerja dan berterimakasih pada
pewawancara yang telah mewawancarai gue.
SKIP.
Lalu, pada akhirnya, gue diterima sebagai Bendahara 2 OSIS. Pengurus inti.
Padahal, gue mengajukan diri untuk menjadi anggota sekbid 5 atau 8. Antara
seneng dan gak seneng sih. Seneng, karena sudah dipercaya untuk menjadi salah
satu pengurus inti. Gak senengnya, karena gue dibayang-bayangi oleh jabatan
kakak gue dahulu kala. Nggak kok, kakak gue gak melakukan apa-apa supaya gue
bisa menjadi anggota OSIS. Tapi, jabatannya dulu sebagai, ehem, sebagai salah
satu pengurus paling inti di OSIS, sejak saat itu terus menempel pada pundak
gue.
Jika
gue boleh memilih, gue lebih memilih berjuang untuk bisa diterima di sekolah
baru gue ketimbang diterima berkat bayang-bayang kakak gue. Itu rasanya kaya
guru-guru dan senior-senior lo segan kepada lo bukan karena tindak-tanduk atau
perjuangan lo, melainkan karena bayangan yang diperjuangkan kakak lo dahulu
kala. Rasanya kaya, ng, ah hard to explain pokoknya. Tapi yaa terlepas dari itu
semua, gue bersyukur punya kakak yang teramat heroik—menyelaraskan waktu bak
Atlas. Eh, bohong ding. Pokoknya bersyukur lah gue. Cuma bayang-bayangnya itu
lho...
So,
setahun yang lalu, gue resmi menjabat sebagai pengurus OSIS SMAN 2 Sumedang.
Yippie!
Harapan
gue untuk menjadi
“murid-SMA-resmi-dengan-hidup-senormal-teman-teman-seangkatan-gue” perlahan-lahan
mulai kabur. Ini gak normal. Temen-temen gue santai banget tiap harinya.
Sedangkan gue, uh! Sebaliknya!! Pada masa-masa awal gue menjadi pengurus OSIS,
gue merasa seperti pegawai magang yang setiap harinya disesaki oleh
tugas-tugas.
Tapi,
lama-kelamaan, itu tuh udah kaya jalan hidup lah istilah lebaynya. Meski gitu, gue
seneng banget banget bisa ambil bagian dari sirkulasi waktu yang gak wajar bagi
anak-anak OSIS. Gue jadi terbiasa untuk mengurus keuangan (sedikit sih hehe),
terbiasa untuk berbicara di depan umum, terbiasa untuk bekerja ekstra, terbiasa
untuk mandiri, terbiasa untuk bersikap dewasa, terbiasa terbiasa terbiasa.
And
now, this is me. Cewe yang sama sekali beda dengan gue 2 tahun yang lalu. Gue
udah gak malu lagi buat berbicara di depan umum. Gue udah gak malu lagi buat
mengekspresikan kreasi gue. Gue udah gak malu lagi untuk berargumen. Gue udah
gak malu lagi untuk menyanggah pembicaraan orang lain (secara gitu, dulu gue
cuma bisa menganggukan kepada atas semua hal yang dikatakan oleh para
tiran-tiran berseragam putih-abu!). Dan voila! Citra gue sebagai
“murid-SMA-resmi-dengan-hidup-senormal-teman-teman-seangkatan-gue” berubah
menjadi
“murid-SMA-resmi-dengan-hidup-gak-normal-normal-amat-cenderung-gila-dan-salah-satu-dari-orang-orang-hopeless-yang-berubah-karena-pengalaman”.
Kepanjangan? Well, intinya, gue bukan lagi seorang murid resmi, gue adalah
murid hopeless dengan visi yang lebih jelas (meskipun kian hari kian suram)
karena ditempa pengalaman. Gue amat sangat bersyukur bisa masuk ke dalam
sekumpulan orang-orang luar biasa dalam OSIS SMAN 2 Sumedang. Gue sangaaaaat
berterimakasih pada setiap aspek di OSIS dan SMAN 2 Sumedang itu sendiri yang
telah memberikan gue kesempatan mengecap berbagai macam hal yang gak pernah gue
dapatkan seumur-umur. Pengalaman, kenangan, dan juga teman. Teman yang
sungguuuuuh luar biasa.
Meski
gitu, organisasi resmi sekolah ini sepertinya masih menutup diri dan enggan
untuk memberikan kelulusan bagi gue dalam bidang kebersamaan. Gue mungkin masih
gue yang dulu, si pendiam dengan kehidupannya yang tertutup. Gue mungkin adalah
satu-satunya pengurus yang lebih memilih untuk diam dan tidak mengobrol dengan
pengurus lainnya. Mungkin gue masih gue yang dulu, si jutek yang acuh pada
sekeliling. However, this is meeeeeeeee!
Gue
gak akan bilang ini langsung di depan forum, dan gue gak akan bilang ini lain
kali. Gue. Mencintai. OSIS.
Jadi,
tolong, untuk semuanya, jangan memandang skeptis OSIS. You know its name, not
the essence. Dan untuk semua pengurus OSIS, carilah esensi itu. Gue telah
menemukan satu esensi OSIS bagi hidup gue, dengan jalan gue sendiri. Perjalanan
gue mencari esensi itu dimulai dengan keluhan. Dan untuk kalian yang mengeluh,
mulailah mencari. Karena kini, giliran kalian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar