Kamis, 16 Agustus 2012

Jika kita tua nanti..

Jika kita tua nanti, masihkah kita bisa melangkah dengan gagah ke arah bangunan Masjid yang kini sudah berdebu itu?
Jika raga ini telah bongkok, masih sanggupkah kita untuk bersujud pasrah ke hadirat Illahi?
Jika rambut ini telah rontok, masih bisakah kita memperindahnya? Masih adakah waktu untuk menjuntaikan sehelai kain tipis bernama jilbab ke atasnya?
Jika perut ini mulai buncit, masih angkuh-kah kita atas tubuh seksi nan langsing?

Jika kita tua nanti, masih sanggupkah tenaga sisa ini menuntun kita ke Majelis-majelis Ilmu?
Jika mulut kita telah terbungkam nanti, masihkah engkau mau memfitnah, menyebarkan aib orang lain, dari satu rumah ke rumah lain? Masihkah kita bisa mengucapkan Syahadat di ujung usia kita?
Jika mata ini telah sayu, redup, masihkah kita mampu untuk melihat orang-orang yang sedang berjamaah, mengagungkan Tuhan-nya?
Jika telinga ini sudah berair, jika gendang telinga ini sudah pecah, masihkah ada kesempatan untuk mendengarkan lantunan dzikr, lantunan ayat-ayat Allah, mendengarkan para hafidz membaca kitab Agung, Al-Qur'an? 

Jika tangan-tangan ini sudah keriput, masihkah ada waktu untuk menunjukkan ayat-ayat Allah yang sedang kita baca?
Jika kaki ini telah lelah, masih adakah kesempatan untuk melaksanakan ibadah berjamaah di Rumah Allah?
Jika tulang ini telah keropos, masih maukah kita berlari ke tempat maksiat? Masih adakah waktu kita untuk berlari mengejar pahala dan Ridho-Nya?
Jika hidung ini sudah berlendir dan tak lagi perkasa, masihkah kita diberi kesempatan mencium indahnya Islam? Mencium indahnya bunga-bunga keagungan-Nya?

Dan jika stroke mulai merasuk, masihkah kita akan meninggalkan ajaran-Nya?
Dan jika kolestrol sudah jebol, masihkah kita sanggup mencicipi barang sedikit saja kenikmatan yang Ia berikan?
Dan jika jantung telah lelah menggantung, masihkah kita sanggup melantunkan dzikr sesuai ritmenya?
Dan jika ginjal telah gagal mengganjal, masih bisakah kita menjejalkan darah bersih bersamaan dengan shaum?
Dan jika otak dan hati kita tak sanggup lagi bercahaya, masih bisakah kita mengeluarkan barang sedikit saja harta kita yang selama ini kita dekap kepada para mustahiq?
Dan jika tubuh ini telah kembali lagi ke tanah, tak ada lagi waktu kita untuk menjelajah ke tempat maksiat, menjelajah kesana kemari, shopping, dan tetek bengek travel yang tak penting, karena Baitullah dan tiga Rumah Allah yang diagungkan pun, telah tergantikan posisinya, dan tak ada lagi waktu kita untuk menggapai Batu Surga..

Dan entah kapan kita akan menunggu burung-burung Ababil melemparkan batu neraka pada tubuh kita, atas dosa kita.
Dan dengan pasti, kita sudah hina, mungkin lebih hina lagi, dari para syaitan yang kita lempari jumroh dengan iman yang sangat sangat tipis.
Dan jika nafas sudah diakhir helatan, malaikat pencabut nyawa ada di depan mata, kapan kita akan bertaubat?

Dan jika kita tua nanti. Bukan, jika kita mati nanti, masih adakah pahala yang melekat dalam diri kita?
Amalan apa yang telah kita perbuat untuk dapat masuk ke dalam stasiun Surga yang Indah? Tiket apa yang kita bawa?
Jahannam-kah atau Firdaus-kah?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar