Rabu, 05 Maret 2014

MY VERSION OF OSIS



Jadi, makin banyak aja orang yang skeptis terhadap OSIS.

Gak terhitung deh berapa kali gue denger kata-kata yang jelek tentang OSIS. OSIS tuh bikin cape! OSIS tuh penindas! OSIS gak rame! OSIS tuh bla bla bla!
Gue berani bilang kalo orang-orang yang berkata hal-hal jelek tentang OSIS gak pernah sekalipun mendudukkan diri di tengah forum yang membahas berbagai rencana yang bermanfaat bagi dirinya sendiri.
Dan gue dengan amat sangat berani berkata bahwa OSIS gak seperti apa yang orang-orang katakan.

Loyalis? Bukan. Gue bukan loyalis OSIS. Duh, jauuuuh dari kata loyalis gue. Tapi, gue adalah orang paling pertama yang akan berterimakasih kepada OSIS, khususnya OSIS SMAN 2 Sumedang.
Disini, gue ditempa sedemikian rupa agar menjadi pribadi yang tahan banting. Yang lebih mandiri. Yang lebih dewasa. Yang lebih baik.
Dua tahun ke belakang, gue hanyalah sesosok ulat tak kasat mata di ujung ruangan bernama kelas. Berbicara saat ditanya, dan bertanya saat terpaksa. “Bungkam sebisa mungkin” secara tidak disengaja telah menjadi motto hidup gue saat peresmian gue sebagai murid SMAN 2 Sumedang. Kehidupan monoton gue sudah bisa dibayangkan. Hal ini diperparah dengan predikat gue sebagai murid termuda karena suatu program yang gue jalankan di SMP. Kebayang gak tuh, saat lo menjadi murid termuda, dikelilingi oleh teman-teman seangkatan yang mestinya lo panggil ‘kakak’, terus gak ada satupun dari mereka yang memahami hobi lo, atau segala sesuatu tentang lo? Kebayang gak tuh dikelilingi orang-orang yang membicarakan hal-hal yang sama sekali gak pernah lo ingin dengarkan? Pada hari pertama gue duduk di bangku yang disediakan untuk gue, gue sudah bisa membayangkan akan menjadi sesuram apa hidup gue.....
Gue menemukan sebuah passion baru setelah dibukanya pencarian anggota OSIS, Organisasi Siswa Intra Sekolah. Gue harap, dengan ikutnya gue ke dalam OSIS ini, gue akan menemukan status baru. Gue harap gue akan merubah predikat gue sebagai “murid-termuda-yang-ansos-dan-calon-alat-contekan-dengan-hidup-super-suram-se-SMA” menjadi “murid-SMA-resmi-dengan-hidup-senormal-teman-teman-seangkatan-gue”. Dengan bahagianya, gue mendaftarkan diri sebagai anggota OSIS SMAN 2 Sumedang.
Tapi.......
Mendapat jabatan di OSIS itu gak semudah yang dipikirkan. Jalan menuju jabatan itu sendiri mesti melewati beberapa jalan yang menyita waktu dan tenaga. Jalan apakah itu? Yap. Interview. Dimulai dari interview MPK sampai interview OSIS mesti gue lewati. Gue menjalani interview beberapa kali, dan itu cukup lama pake sekali.
Tapi, kalo direnungi, interview semacam itulah yang nantinya akan benar-benar gue hadapi di masyarakat nanti. Bahkan mungkin lebih berat. Jadi, sudah seharusnya gue bersyukur telah mendapatkan pengalaman pra-kerja dan berterimakasih pada pewawancara yang telah mewawancarai gue.

SKIP. Lalu, pada akhirnya, gue diterima sebagai Bendahara 2 OSIS. Pengurus inti. Padahal, gue mengajukan diri untuk menjadi anggota sekbid 5 atau 8. Antara seneng dan gak seneng sih. Seneng, karena sudah dipercaya untuk menjadi salah satu pengurus inti. Gak senengnya, karena gue dibayang-bayangi oleh jabatan kakak gue dahulu kala. Nggak kok, kakak gue gak melakukan apa-apa supaya gue bisa menjadi anggota OSIS. Tapi, jabatannya dulu sebagai, ehem, sebagai salah satu pengurus paling inti di OSIS, sejak saat itu terus menempel pada pundak gue.
Jika gue boleh memilih, gue lebih memilih berjuang untuk bisa diterima di sekolah baru gue ketimbang diterima berkat bayang-bayang kakak gue. Itu rasanya kaya guru-guru dan senior-senior lo segan kepada lo bukan karena tindak-tanduk atau perjuangan lo, melainkan karena bayangan yang diperjuangkan kakak lo dahulu kala. Rasanya kaya, ng, ah hard to explain pokoknya. Tapi yaa terlepas dari itu semua, gue bersyukur punya kakak yang teramat heroik—menyelaraskan waktu bak Atlas. Eh, bohong ding. Pokoknya bersyukur lah gue. Cuma bayang-bayangnya itu lho...

So, setahun yang lalu, gue resmi menjabat sebagai pengurus OSIS SMAN 2 Sumedang. Yippie!
Harapan gue untuk menjadi “murid-SMA-resmi-dengan-hidup-senormal-teman-teman-seangkatan-gue” perlahan-lahan mulai kabur. Ini gak normal. Temen-temen gue santai banget tiap harinya. Sedangkan gue, uh! Sebaliknya!! Pada masa-masa awal gue menjadi pengurus OSIS, gue merasa seperti pegawai magang yang setiap harinya disesaki oleh tugas-tugas.
Tapi, lama-kelamaan, itu tuh udah kaya jalan hidup lah istilah lebaynya. Meski gitu, gue seneng banget banget bisa ambil bagian dari sirkulasi waktu yang gak wajar bagi anak-anak OSIS. Gue jadi terbiasa untuk mengurus keuangan (sedikit sih hehe), terbiasa untuk berbicara di depan umum, terbiasa untuk bekerja ekstra, terbiasa untuk mandiri, terbiasa untuk bersikap dewasa, terbiasa terbiasa terbiasa.
And now, this is me. Cewe yang sama sekali beda dengan gue 2 tahun yang lalu. Gue udah gak malu lagi buat berbicara di depan umum. Gue udah gak malu lagi buat mengekspresikan kreasi gue. Gue udah gak malu lagi untuk berargumen. Gue udah gak malu lagi untuk menyanggah pembicaraan orang lain (secara gitu, dulu gue cuma bisa menganggukan kepada atas semua hal yang dikatakan oleh para tiran-tiran berseragam putih-abu!). Dan voila! Citra gue sebagai “murid-SMA-resmi-dengan-hidup-senormal-teman-teman-seangkatan-gue” berubah menjadi “murid-SMA-resmi-dengan-hidup-gak-normal-normal-amat-cenderung-gila-dan-salah-satu-dari-orang-orang-hopeless-yang-berubah-karena-pengalaman”. Kepanjangan? Well, intinya, gue bukan lagi seorang murid resmi, gue adalah murid hopeless dengan visi yang lebih jelas (meskipun kian hari kian suram) karena ditempa pengalaman. Gue amat sangat bersyukur bisa masuk ke dalam sekumpulan orang-orang luar biasa dalam OSIS SMAN 2 Sumedang. Gue sangaaaaat berterimakasih pada setiap aspek di OSIS dan SMAN 2 Sumedang itu sendiri yang telah memberikan gue kesempatan mengecap berbagai macam hal yang gak pernah gue dapatkan seumur-umur. Pengalaman, kenangan, dan juga teman. Teman yang sungguuuuuh luar biasa.

Meski gitu, organisasi resmi sekolah ini sepertinya masih menutup diri dan enggan untuk memberikan kelulusan bagi gue dalam bidang kebersamaan. Gue mungkin masih gue yang dulu, si pendiam dengan kehidupannya yang tertutup. Gue mungkin adalah satu-satunya pengurus yang lebih memilih untuk diam dan tidak mengobrol dengan pengurus lainnya. Mungkin gue masih gue yang dulu, si jutek yang acuh pada sekeliling. However, this is meeeeeeeee!

Gue gak akan bilang ini langsung di depan forum, dan gue gak akan bilang ini lain kali. Gue. Mencintai. OSIS.

Jadi, tolong, untuk semuanya, jangan memandang skeptis OSIS. You know its name, not the essence. Dan untuk semua pengurus OSIS, carilah esensi itu. Gue telah menemukan satu esensi OSIS bagi hidup gue, dengan jalan gue sendiri. Perjalanan gue mencari esensi itu dimulai dengan keluhan. Dan untuk kalian yang mengeluh, mulailah mencari. Karena kini, giliran kalian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar